Di Ethiopia sistem lama cenderung untuk dihapus dan dilemahkan sebagaimana di India, Afghanistan, Libya dan lain sebagainya.

Di India, para pangeran atau pemangku (pretender) yang mewarisi sistem lama masih diberi atau mempunyai hak untuk mengelola sisa istana seabagai bagian dari pelestarian budaya.

Mereka bahkan menjadi bagian dari lembaga pelestarian adat setempat.

Di Irak para eks keturunan raja banyak menjadi diplomat dan birokrat namun secara kelembagaan raja sudah tidak punya pengaruh.

Di Nigeria sistem keemiran yang diwariskan sebelum era kolonial masih difungsikan hingga sekarang. Bahkan pengangkatan dan penurunan seorang emir dihadiri dan diputuskan oleh pemerintah dalam hal ini kepala daerah atau negara bagian.

Posisi seorang Emir atau pangeran di Nigeria menjadi penting karena sekaligus menjadi pemimpin tertinggi tarekat Tijaniyah di wilayah yang dipimpinnya.

Uniknya, banyak pemangku Emir di Nigeria merupakan lulusan pesantren/madrasah yang memang berkualitas sehingga kapasitas mereka tidak perlu diragukan. Bahkan Emir Kano Sanussi II merupakan eks Gubernur Bank Sentral Nigeria.

Nigeria dukunya merupakan bagian dari Kekhalifahan Sokoto yang mana lembaga tersebut kuga dilestarikan sampai sekarang.

Pemangku jabatan Khalifah Sokoto saat ini dianggap sebagai pemimpin tertinggi umat Islam yang selevel dengan Ketua MUI di Indonesia.

Sebagaimana MUI, Khalifah Sokoto akan menentukan tanggal dimulainya puasa dan idul fitri, mengeluarkan fatwa dan lain sebagainya.

Saat ini jabatan Khalifah di Sokoto Nigeria dipegang oleh Sultan Muhammadu Sa'ad Abubakar yang juga dianggap sebagai pemimpin tertinggi Mazhab Maliki di Nigeria, Amir Al Mukminin di Nigeria,  pemimpin tertinggi tarekat Qadiriyah di Nigeria dan juga Ketua Majelis Ulama Nigeria yang disebut President-General of the Nigerian Supreme Council for Islamic Affairs (NSCIA).