Jejak Turki di Misrata Menguat Kembali


Penerbangan Turkish Airlines yang kembali mendarat di Misrata, Libya, menjadi lebih dari sekadar peristiwa transportasi. Bagi sebagian masyarakat setempat, momen itu adalah simbol keterhubungan sejarah yang panjang antara Turki dengan kota pesisir yang terkenal sebagai pusat perdagangan sekaligus basis strategis di Libya.

Dalam rekaman video yang beredar, tampak suasana penuh antusiasme ketika pesawat Turkish Airlines mendarat di bandara Misrata setelah absen hampir satu dekade. Kru kabin pun menyajikan hidangan dengan bendera Turki dan nama kota, mempertegas simbol kedekatan kedua pihak.

Acara peresmian penerbangan kembali ini dilakukan meriah dengan pemotongan pita, dihadiri pejabat lokal dan perwakilan maskapai. Kehadiran Turkish Airlines bukan hanya dianggap sebagai penghubung mobilitas, tetapi juga sebagai pengingat sejarah panjang Misrata dengan Turki sejak era Kesultanan Utsmaniyah.

Misrata dikenal sebagai salah satu kota di Libya yang memiliki ikatan erat dengan Turki. Pada abad ke-16, wilayah Tripolitania, termasuk Misrata, menjadi bagian dari kekuasaan Utsmaniyah. Dari situlah dimulai migrasi, perkawinan, dan hubungan kultural yang membekas hingga kini.

Banyak keluarga di Misrata memiliki garis keturunan Turki, hasil dari pernikahan antara tentara, pedagang, dan pejabat Utsmaniyah dengan masyarakat lokal. Identitas “Turki Misrata” bahkan menjadi salah satu ciri penting dalam struktur sosial kota tersebut.

Sejumlah penelitian sejarah memperkirakan sekitar 30 hingga 40 persen penduduk Misrata saat ini masih memiliki darah keturunan Turki. Hal itu menjadikan Misrata sebagai kota dengan komunitas Turki terbesar di Libya.

Kedekatan ini tercermin pula dalam dialek, budaya, hingga makanan khas yang dipengaruhi kuliner Anatolia. Banyak keluarga Misrata menjaga tradisi ini sebagai bagian dari identitas mereka, bahkan setelah Libya memasuki era modern.

Hubungan historis tersebut semakin diperkuat pada masa kontemporer ketika Turki ikut mendukung kelompok-kelompok yang berbasis di Misrata selama konflik sipil Libya pasca jatuhnya rezim Muammar Gaddafi. Dukungan itu membuat nama Misrata semakin identik dengan jejaring politik dan militer yang pro-Turki.

Keterlibatan Turki dalam pembangunan infrastruktur, kesehatan, hingga pendidikan di Misrata semakin memperkokoh ikatan. Kehadiran Turkish Airlines setelah sepuluh tahun absen dianggap sebagai bukti nyata dari keberlanjutan komitmen itu.

Bagi masyarakat Misrata, penerbangan langsung ke Istanbul berarti akses lebih cepat tidak hanya ke Turki, tetapi juga ke jaringan internasional. Istanbul dikenal sebagai hub penerbangan dunia, sehingga ini membuka peluang ekonomi dan perdagangan baru bagi kota tersebut.

Selain faktor ekonomi, penerbangan ini juga menghidupkan kembali ikatan emosional. Banyak keluarga keturunan Turki di Misrata masih memiliki kerabat di Anatolia, dan kini perjalanan untuk saling berkunjung menjadi lebih mudah.

Turki sendiri memandang Misrata sebagai mitra strategis di kawasan Mediterania. Kota ini memiliki pelabuhan besar dan dianggap sebagai jantung ekonomi Libya. Kehadiran penerbangan reguler dari Turkish Airlines memberi sinyal bahwa Ankara ingin terus memperkuat pengaruhnya di sana.

Tidak sedikit warga Misrata yang mengibarkan bendera Turki dalam perayaan kembalinya penerbangan tersebut. Bagi mereka, ini bukan hanya soal transportasi, melainkan juga pengakuan atas identitas ganda yang mereka miliki: Libya sekaligus Turki.

Keterhubungan ini juga terlihat dari sektor bisnis. Banyak perusahaan Misrata menjalin kerja sama dengan mitra dari Turki, baik di bidang konstruksi, logistik, maupun perdagangan umum. Jalur udara baru ini diperkirakan akan mempercepat pertumbuhan kerja sama tersebut.

Penerbangan langsung juga akan memperkuat sektor pendidikan. Sejumlah mahasiswa Misrata yang menempuh pendidikan tinggi di Turki kini lebih mudah bolak-balik antara kedua negara. Pertukaran pelajar yang sudah lama berjalan akan semakin lancar.

Meski demikian, hubungan erat ini tidak lepas dari dinamika politik. Misrata dikenal sebagai basis kekuatan militer yang sering berseberangan dengan kelompok lain di Libya. Kedekatannya dengan Turki membuat kota ini menjadi pusat perhatian dalam percaturan geopolitik.

Bagi Turki, ikatan sejarah dengan Misrata adalah modal penting untuk memperluas pengaruhnya di Afrika Utara. Sementara bagi warga Misrata, kedekatan itu menjadi bagian dari identitas sekaligus peluang masa depan.

Dengan demikian, penerbangan Turkish Airlines bukanlah peristiwa biasa. Ia adalah simbol hidup dari sejarah panjang yang terus berlanjut, menghubungkan masa lalu dengan masa kini, serta membuka jalan bagi kerja sama masa depan.

Kehadiran kembali pesawat Turki di Misrata menandai babak baru dalam hubungan kedua pihak. Di kota yang hampir separuh penduduknya berdarah Turki, simbol ini terasa begitu dekat, seolah menjadi jembatan sejarah yang kembali dibangkitkan melalui langit biru Mediterania.

Post a Comment

Previous Post Next Post