Perebutan Assab dan Bayangan Somaliland


Pelabuhan Assab di Eritrea kembali menjadi sorotan setelah muncul kabar rencana investasi besar Arab Saudi di kawasan strategis Laut Merah itu. Langkah Riyadh ini memunculkan pertanyaan tentang nasib Uni Emirat Arab yang sebelumnya sangat dominan di Assab, sekaligus membuka spekulasi keterkaitannya dengan dinamika baru di Tanduk Afrika, termasuk pengakuan Israel terhadap Somaliland yang juga menjadi lokasi investasi UAE.

Sejak pertengahan dekade 2010-an, Assab dikenal sebagai salah satu titik pijakan utama UAE di Afrika Timur. Pelabuhan ini disewa dan dikembangkan Abu Dhabi sebagai pangkalan logistik dan militer, terutama untuk mendukung operasi koalisi Saudi-UAE dalam perang Yaman melawan Houthi. Dari Assab, pesawat, kapal, dan pasokan militer bergerak lintas Laut Merah.

Namun, seiring meredanya keterlibatan langsung UAE dalam konflik Yaman, peran Assab perlahan menurun. Aktivitas militer berkurang signifikan, dan pelabuhan tersebut tidak lagi menjadi pusat operasi seperti pada periode 2016–2019. Hal ini memicu spekulasi bahwa masa sewa UAE di Assab telah mendekati akhir atau setidaknya tidak diperpanjang dengan skala yang sama.

Secara formal, tidak pernah ada pengumuman publik yang tegas mengenai berakhirnya sewa UAE di Assab. Namun, indikasi lapangan menunjukkan adanya pengalihan fungsi dan pengurangan kehadiran Emirat. Infrastruktur yang dibangun tetap ada, tetapi pemanfaatannya jauh lebih terbatas dibandingkan masa puncak perang Yaman.

Dalam konteks inilah, masuknya Arab Saudi ke Assab menjadi signifikan. Riyadh disebut siap menggelontorkan investasi miliaran dolar untuk memodernisasi pelabuhan tersebut, bukan semata sebagai fasilitas militer, melainkan sebagai hub maritim dan logistik strategis di Laut Merah. Ini menandai pergeseran dari dominasi Emirat menuju peran Saudi yang lebih langsung.

Rencana Saudi di Assab tidak hanya menyasar dermaga dan fasilitas bongkar muat. Infrastruktur pendukung seperti kawasan industri, penyimpanan energi, dan fasilitas logistik regional juga diproyeksikan akan dibangun. Dengan demikian, Assab berpotensi menjadi simpul perdagangan penting bagi Eritrea dan Ethiopia yang tidak memiliki akses laut.

Peran Ethiopia menjadi faktor kunci. Sebagai negara terkurung daratan dengan populasi besar dan ekonomi tumbuh cepat, Ethiopia membutuhkan akses pelabuhan yang stabil. Investasi Saudi di Assab membuka peluang baru bagi Addis Ababa, sekaligus meningkatkan nilai strategis Eritrea dalam peta geopolitik kawasan.

Masuknya Saudi juga mencerminkan ambisi lebih luas Riyadh di Tanduk Afrika. Kerajaan tidak ingin lagi hanya bergantung pada mitra seperti UAE, tetapi tampil sebagai aktor utama yang mampu mengimbangi pengaruh negara-negara lain seperti China dan Turki. Assab menjadi simbol dari perubahan itu.

Pertanyaannya kemudian, apakah pergeseran ini berkaitan dengan pengakuan Israel terhadap Somaliland. Di Somaliland, UAE telah lama berinvestasi melalui pengelolaan Pelabuhan Berbera, yang diposisikan sebagai alternatif strategis di Teluk Aden. Pengakuan Israel atas Somaliland memberi bobot geopolitik tambahan pada wilayah yang juga menjadi kepentingan Abu Dhabi.

Bagi UAE, Berbera di Somaliland kini tampak lebih menjanjikan dibanding Assab. Stabilitas relatif, kontrol politik lokal yang solid, serta dukungan Barat dan Israel menjadikan Somaliland aset strategis jangka panjang. Dalam konteks ini, berkurangnya peran UAE di Assab bisa dilihat sebagai bagian dari reposisi, bukan kekalahan.

Israel sendiri melihat Somaliland sebagai mitra yang lebih fleksibel dan pro-normalisasi. Hal ini sejalan dengan kepentingan UAE yang sejak lama mendorong pendekatan pragmatis dan berbasis ekonomi di kawasan. Kombinasi kepentingan ini memperkuat dugaan bahwa fokus Emirat bergeser ke selatan Laut Merah dan Teluk Aden.

Sementara itu, Saudi memiliki kalkulasi berbeda. Riyadh membutuhkan pijakan kuat di sisi barat Laut Merah, dekat jalur pelayaran menuju Terusan Suez. Assab menawarkan posisi ideal untuk itu, sekaligus memungkinkan Saudi mengawasi dinamika keamanan di Yaman dan Afrika Timur.

Apa yang akan dibangun Saudi di Assab juga memiliki dimensi keamanan. Meski dikemas sebagai investasi ekonomi, fasilitas pelabuhan modern hampir pasti memiliki fungsi ganda. Kehadiran Saudi akan memperkuat pengawasan maritim dan jalur logistik di kawasan yang rawan konflik dan pembajakan.

Bagi Eritrea, masuknya Saudi adalah angin segar. Negara yang selama ini relatif terisolasi itu mendapatkan mitra besar yang mampu membawa investasi, legitimasi regional, dan peluang ekonomi. Hubungan Asmara–Riyadh diperkirakan akan semakin erat dalam beberapa tahun ke depan.

Namun, perubahan ini juga berpotensi memicu persaingan baru. Dengan UAE menguat di Somaliland dan Saudi menancapkan pengaruh di Assab, Tanduk Afrika semakin menjadi arena kontestasi kekuatan Teluk. Masing-masing membawa agenda ekonomi, keamanan, dan politik yang tidak selalu sejalan.

Bagi kawasan, fragmentasi kepentingan ini menciptakan peluang sekaligus risiko. Infrastruktur meningkat dan investasi mengalir, tetapi ketergantungan pada aktor eksternal juga semakin dalam. Negara-negara lokal harus menavigasi persaingan ini dengan hati-hati.

Pengakuan Israel terhadap Somaliland menambah lapisan kompleksitas. Langkah itu bukan hanya soal diplomasi, tetapi juga sinyal bahwa peta aliansi di Laut Merah dan Teluk Aden sedang berubah cepat. Investor dan kekuatan regional menyesuaikan posisi mereka sesuai kepentingan masing-masing.

Dalam kerangka ini, nasib UAE di Assab tampak sebagai bagian dari dinamika yang lebih besar. Bukan semata tersingkir, tetapi bergeser ke arena yang dinilai lebih menguntungkan secara politik dan strategis. Assab tidak lagi menjadi prioritas utama Emirat.

Sebaliknya, bagi Saudi, Assab justru menjadi pintu masuk baru untuk memainkan peran sentral di Afrika Timur. Investasi besar di pelabuhan ini menandai babak baru keterlibatan Riyadh di luar Jazirah Arab.

Ke depan, Assab kemungkinan akan berubah wajah dari pangkalan militer sunyi menjadi simpul logistik regional dengan kepentingan global. Transformasi ini akan sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh Saudi mampu mengintegrasikan kepentingan ekonomi dan keamanan.

Pada akhirnya, perebutan pengaruh di Assab dan Somaliland menunjukkan bahwa Laut Merah dan Tanduk Afrika kini berada di pusat geopolitik baru. Di kawasan ini, pelabuhan bukan sekadar infrastruktur, melainkan simbol kekuasaan, aliansi, dan arah masa depan politik regional.

Post a Comment

Previous Post Next Post